Saya sebenarnya bukan pecinta kuliner pedas. Namun, entah kenapa kuliner pedas selalu saya cari. Kecapan rasa kuliner pedas selalu dapat diterima oleh lidah. Apalagi, kuliner pedas rata-rata adalah kuliner sobat micin dan sobat kolesterol yang bagi sebagian orang termasuk saya adalah makanan yang jatuh dari Surga.
Mengapa saya mengatakan bukan pecinta pedas. Karena setiap kali saya menyantap makanan pedas saya selalu kapok setelah beberapa waktu berlalu. Entah kenapa perut selalu bergejolak sakit. Kalau parah ya bisa diare. Bisa dibilang, menyantap kuliner pedas adalah bersenang-senang dahulu bersakit-sakit kemudian. Tapi mau bilang kapok? Juga enggak. Bingung kan.
Rasa ingin menjaga kesehatan saat menghadiri acara Pucuk Coolinary Festival di Stadion Mandala Krida Jogja pada 30 dan 31 Maret yang lalu ambyar. Bagaimana tidak, hampir ada 30 tenant Zona Pedas yang aromanya saja sudah meggugah selera. Itu belum 30an tenant Zona Gurih dan 30an tenant Zona Manis yang keseluruhan mencapai 100 tenant. Sebuah pencapaian yang layak untuk disebut festival kuliner terbesar di Indonesia.
Teh Pucuk sebagai penggagas acara begitu memanjakan para foodies, -termasuk saya. Lirikan mata saya selalu tertuju kepada junjungan sobat kolesterol. Kuliner pertama yang saya coba adalah Sate Lemak Bu Ponijan Beringharjo. Saya sudah sering menyantap sate lemak. Namun untuk karya Ibu Ponijan ini saya belum pernah mencobanya.
Rasanya mirip dengan sate lemak yang biasa saya santap di pasar malam. Bedanya sate lemak Bu Ponijan ini memiliki tekstur yang lebih padat. Saya kira Bu Ponijan memiliki metode membakar sate ini sendiri. Tentu saja metode yang dipakai Bu Ponijan ini membuat beberapa irisan sate tidak lembek. Saya cukup suka. Apalagi Bu Ponijan juga menambahkan bumbu kacang encer dengan citarasa pedas. Maknyus sekali!
Kuliner kedua yang saya coba adalah Sate Buntel Solo. Sate buntel ini ibarat sate kambing yang dilembutkan kan dibakar dengan cara diselimuti lemak sehingga adonan sate tidak hancur. Rasa-rasanya sate inilah kuliner juara kali ini di Pucuk Coolinary Festival. Karena ada campuran lemak itulah yang membuat sate buntel ini bagai serpihan surga yang jatuh ke bumi. Enak luar biasa.
Kuliner ketiga yang saya coba adalah Oseng Mercon Bu Narti. Untuk yang ini saya tidak menyantap di lokasi. Saya memilih take away karena kebetulan Bu Narti mengenalkan metode baru menikmati Oseng Mercon dengan mem-packing-nya dalam bentuk kaleng.
Satu kaleng Oseng Mercon Bu Narti dihargai dengan harga Rp70.000 saja. Ukurannya 300 gram yang berarti bisa disantap oleh 2-3 orang. Khusus Oseng Mercon Bu Narti versi kaleng ini dapat pula menjadi campuran masakan lain seperti Nasi Goreng. Whoa, saya dirumah sangat menikmati Oseng Mercon Bu Narti ini. Rasanya otentik karena Bu Narti adalah pelopor sentra kuliner Oseng Mercon di Jogja. Rasanya beda dengan yang lainnya.
Saya datang ke Pucuk Coolinary Festival bersama teman-teman saya. Mereka mencoba pelbagai menu kuliner yang sekiranya menarik. Khusus saya memang memberi poin lebih kepada Zona Pedas dan kuliner-kuliner sobat micin serta kolesterol.
Semoga Pucuk Coolinary Festival ada lagi di Jogja. Di tempat yang mungkin bisa lebih teduh lagi karena menurut saya hanya cuaca terik matahari siang yang menghalangi menikmati kuliner. Selain itu, Pucuk Coolinary Festival membuat saya merindukan festival kuliner ini lagi.
5 comments
Write commentsPenyuka kuliner pedas to mas. Mborong berapa tenant?
Replyaku gak kesampean beli Oseng Mercon kalengan ituu,,
Replydan sampe rumah kebayang bayang pengen oseng mercon, Howaaaaaa
Hari kedua datang lagi ke Pucuk Coolinary, mau nyobain Oseng Mercon karena penasaran, tapi nggak tahan ngantrinya. Moga tahun depan ada lagi di Yogya ya.
ReplyPengin mbaleni sate buntel aku cuiii... huhuuuu endyeeeeezzz tenan je
ReplyDo you need personal loan?
ReplyLoan for your home improvements,
Mortgage loan,
Debt consolidation loan,
Commercial loan,
Education loan,
Car loan,
Loan for assets.
financialserviceoffer876@gmail.com Whatsapp +918929509036
Add your comment EmoticonEmoticon