Tidak banyak jumlah lensa yang disediakan pabrikan kamera Canon untuk seri mirrorless-nya. Walaupun dengan tambahan adapter. Yang membuat hampir semua lensa EF dan EFS Canon serta beberapa lensa merk lainnya dapat digunakan namun tentu saja sangat mengurangi esensi utama kenapa mirrorless itu ada, yakni sebuah sistem kamera yang ringkas dan ringan.
Dari total 7 buah (iya, hanya tujuh saja) lensa produksi Canon yang diperuntukan untuk EOS M Camera. Hanya 1 lensa premium saja yang di hadirkan yakni seri EFM 22mm F2. Lensa ini boleh dibilang lensa pancake dengan aperture paling besar dari semua jajaran lensa seri EFM. Dengan spesifikasi yang ada, lensa ini diklaim lebih cocok untuk fotografi potrait dan kondisi minim cahaya.
Harga lensa dengan garansi resmi PT. Datascrip Indonesia dibanderol dengan harga 3 jutaan. Harga lensa akan jauh dapat lebih murah jika dibeli bebarengan dengan bundling kamera EOS M terbaru seri apapun. Karena dulu saya hanya membeli Canon EOS M10 dengan 1 lensa saja maka saya harus membeli sendiri lensa ini untuk menggunakannya.
Sebagai orang yang masih awam menggunakan kamera saya mencoba lensa ini dengan cara saya. Biasanya saya lebih banyak menggunakan mode Creative Assist khas kamera Canon EOS M untuk mempermudah penggunaan. Sesekali saya juga mencoba mode Manual exposure untuk menjajal kemampuan lensa ini sesungguhnya.
Sejauh ini saya hanya menggunakan kamera ini untuk memotret anak saya. Hasil gambar lebih tajam dan menimbulkan efek bokeh atau latar belakang blur yang biasanya menjadi favorit para fotografer. Ketajaman warna juga dapat dihandalkan daripada lensa kit standar Canon EOS M (15-45mm). Beberapa kali juga lensa ini saya bawa untuk memotret kondisi minim cahaya, salah satunya pada sebuah acara pementasan Ketoprak Tobong di lereng gunung Merapi.
Merekam video dengan lensa premium tentu saja lebih baik untuk urusan fokus daripada lensa kit. EFM 22mm F2 ini telah membuktikannya. Canon juga mengklaim bahwa lensa ini tidak berisik karena telah membenamkan teknologi Stepping Motor Technology (STM). Kelemahan lensa ini menurut saya adalah fokus yang masih lambat saat memotret. Yang walaupun sebenarnya dapat diakali dengan memilih Manual Focus pada pengaturan. Namun bagi saya yang awam soal kamera, sistem auto focus sangatlah penting.
Kelebihan lain dari lensa Canon EFM 22mm F2 ini adalah:
1. Desain yang ringkas;
2. Pengaturan fokus sampai tak terhingga untuk ketajaman gambar;
3. Berat yang ringan, hanya 105 gram;
4. Bahan dudukan dari logam yang membuatnya lebih awet dan terlihat premium;
5. Memiliki 7 bukaan mata pisau.
Bagi pengguna mirrorless Canon, lensa ini wajib untuk dimiliki. Tentu saja alasan utamanya adalah kualitas yang lebih baik daripada lensa kit standar. Memang harga masih tergolong cukup mahal. Namun daripada kita harus memakai adapter yang membuat dimensi kamera lebih besar. Lensa pancake yang kecil dan ringkas ini lebih baik.
6 comments
Write commentsNabung lagi, kayaknya mau nambah kamera tapi entah kapan buahahahahahahha. Apa beli Canon aja ya biar bisa saling pinjam lensa *eh :-D
ReplyTumbas dap, nek Canon yo EOS M5 po M6 sisan hehehe
ReplyWah kamera emang terus butuh upgrade ya kak. Selama ini masih bawa2 smartphone ni buat pepotoan. TFS ya tulisannya, jadi tahu..
ReplyLensa Pancake andalan, lensa ini juga nyaris selalu nempel di Mirrorles saya, perfect untuk genre fotografi yang saya suka, Street Photography.
ReplyBtw Fotonya keren2 mas, salutt
Terimakasih mas
ReplyMantep pak pres.. ku mau upgrade lensa ini ahh...
ReplyAdd your comment EmoticonEmoticon