Minggu (9/4/2017) kemarin saya mengunjungi Pabrik Mie Lethek di Bantul, Yogyakarta. Pembuatan Mie Lethek khas Yogyakarta di pabrik ini masih tradisional. Produksinya sebagian besar masih menggunakan tenaga manusia. Satu hal yang unik, penggilingan bahan baku utama berupa gaplek (olahan singkong) dan tepung tapioka masih menggunakan tenaga seekor sapi jantan.
Pabrik Mie Lethek ini berada di Dusun Bendo, Desa Trimurti, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul, DIY. Dusun ini tepat berada di pinggir sungai Progo. Di dusun Bendo ini juga terdapat sebuah bendungan bernama Sapon yang memiliki jembatan kecil sebagai penghubung Kabupaten Bantul dan Kabupaten Kulonprogo.
Pabrik Mie Lethek ini telah ada sejak tahun 1940an dan masih bertahan hingga saat ini. Pekerjanya berasal dari Dusun Bendo dan sekitarnya. Jumlah pekerjanya hanya sekitar 20 orang dan memilik rata-rata usia 50 tahun keatas.
Pabrik Mie Lethek ini beroperasi penuh saat kondisi cuaca cerah karena salah satu proses produksinya menggunakan bantuan tenaga matahari untuk penjemuran. Untuk proses awal produksi Mie Lethek adalah mencampurkan dan merendam gaplek dan tepung tapioka dalam sebuah wadah berbentuk bak untuk dijadikan adonan.
Adonan gaplek dan tepung tapioka tersebut dibentuk seperti dadu dengan ukuran besar. Adonan dadu kemudian dikukus pada tungku. Tungku di pabrik ini tentunya juga masih tradisional karena menggunakan kayu sebagai bahan bakar.
Adonan gaplek dan tepung tapioka tersebut dibentuk seperti dadu dengan ukuran besar. Adonan dadu kemudian dikukus pada tungku. Tungku di pabrik ini tentunya juga masih tradisional karena menggunakan kayu sebagai bahan bakar.
Setelah proses pengukusan selesai, mulai dipersiapkan untuk digiling pada sebuah tempat berbentuk lingkaran. Beberapa pekerja menyiapkan tempat dan peralatan yang akan digunakan. Beberapa pekerja yang lain menggiring seekor sapi jantan dari kandangnya.
Setelah proses penggilingan selesai, dilanjutkan dengan proses pencetakan mie menggunakan mesin seperti foto diatas. Proses akhir adalah penjemuran mie dibawah terik matahari selama kurang lebih sehari. Penjemuran mie tergantung kondisi cuaca. Jika cuaca cerah, proses ini bisa selesai dalam waktu sehari saja. Namun jika cuaca kurang bersahabat, proses penjemuran dapat berlangsung hingga beberapa hari.
Jika segala prosesnya lancar, pabrik dapat memproduksi sampai 1 ton mie dalam sehari dengan catatan dapat melakukan 3 kali penggilingan. Mie yang telah selesai dijemur akan dibungkus dengan takaran per 5 kilogram. Harga jualnya adalah Rp 70.000 untuk 5 kilogram mie lethek.
Mie Lethek adalah mie khas dari Yogyakarta. Warnanya memang sedikit kotor sehingga mie ini diberi nama mie lethek (jawa: lethek = kotor), namun bukan berarti produksinya tidak higienis. "Lethek"nya mie ini berasal dari bahan baku yang digunakan. Pabrik Mie Lethek yang terlihat tua dan usang namun untuk urusan kebersihan menurut penuturan para pekerja tetap diutamakan.
Jika kalian berkunjung di Yogyakarta, sempatkanlah mencicipi kuliner Mie Lethek yang gurih dan kenyal ini. Warung-warung mie lethek mudah ditemukan di Yogyakarta, sama seperti warung-warung gudeg yang tersebar di Yogyakarta.
-----
16 comments
Write commentsMarakke kangen mangan Mie Lethek rek bengi-bengi hahahhaha. Kui Mie-ne podo seng kanggo Miedes orak sih? Seng neng Pundong kae?
ReplyMirip cuman beda ukuran, sama bahan baku gaplek e lebih banyak mie des
Replypekerjanya udah sepuh-sepuh semua mas. ini deket parangtritis kah?
Reply*eh parangtritis masuknya bantul kan ya? hehe
jepretannya mantep! :)
Wee aku dari dulu pingin nih liat langsung apalagi bisa nulis tentang inii tapi belum kelakon. Beli berapa bungkus mie mas? :)
ReplyWalah, keren banget bikinya dibantu sapi. Belum nyobaik nih mie lethek, tapi long weekend ini mau ke Jogja, jadi pengin nyoba. :D
Replywah apik iki. aku dadi pengen rene dan mendalaminya. Pekerja2 hebat! Salut
Replyditengah modernisasi ... wihhh alatnya masih menggunakan alat tradisional . mantapppppp
ReplySaluuut dengan proses pembuatannya yg masih mempertahankan cara tradisional
Replywalah....kog yang buat sudah sepuh" semua ya....salut deh buat mereka yang masih semangat bekerja
ReplyLumayan jauh dari parangtritis, tapi dekat dengan pantai lain di Bantul seperti Gua Cemara atau Pantai Baru
ReplyBeli banyak dong
ReplyCoba mas, di Pasar Beringharjo deket Malioboro juga banyak
ReplyJelas dong, #IniBantul
ReplyMereka memang keren!
ReplyBener banget
ReplySaya kagum dengan mereka
ReplyAdd your comment EmoticonEmoticon