Warga Desa Tegalrejo, Kecamatan Gedangsari melakukan aktivitas membatik (foto: dok. pribadi) |
Saya bertemu Bu Sumirah ketika berkunjung di balai Desa Tegalrejo yang kebetulan sedang diadakan lomba desa dan liputan membatik oleh media televisi lokal. Saat bertemu, beliau memamerkan koleksi batik tulis motif asli Gedangsari miliknya. Kata beliau, motif batik tulis asli Gedangsari berdasar atas kearifan lokal yang berasal dari harmoni budaya dan alam sekitar. Saya kemudian diundang beliau berkunjung ke showroom batik milik kelompok perajin batik warga Desa Tegalrejo untuk tahu lebih lengkap tentang batik tulis asli Gedangsari.
Saya memenuhi undangan Bu Sumirah pada hari berikutnya. Mengunjungi rumah bernama "Griya Batik" yang menjadi showroom koleksi batik tulis karya warga Desa Tegalrejo. Rumah berbentuk joglo ini berlokasi tidak jauh dari balai desa, lokasinya yang strategis membuatnya mudah ditemukan sehingga para peminat batik tulis yang ingin datang ke desa Tegalrejo terbantu. Terbantu akan hasratnya untuk mengkoleksi batik tulis unik kombinasi budaya dan alam Gedangsari.
Motif batik tulis asli Gedangsari di dominasi oleh budaya dan alam. Yang paling khas dari batik tulis Gedangsari adalah motif bambu, srikaya dan pisang. Bambu dan buah srikaya banyak tumbuh di alam Desa Tegalrejo, sedangkan pisang sendiri adalah ciri khas dari Kecamatan Gedangsari (Jawa, Gedang=Pisang). Selain motif alam, budaya jawa yang ditorehkan sebagai motif batik diwakili oleh gambar tokoh pewayangan. Kearifan lokal menjadi inspirasi warga untuk menghasilkan motif batik tulis unik yang membuatnya terus terjaga kekayaan budaya dan alamnya.
Griya Batik yang menampilkan batik hasil karya warga Desa Tegalrejo, Kecamatan Gedangsari. (foto: dok. pribadi) |
Motif batik tulis asli Gedangsari di dominasi oleh budaya dan alam. Yang paling khas dari batik tulis Gedangsari adalah motif bambu, srikaya dan pisang. Bambu dan buah srikaya banyak tumbuh di alam Desa Tegalrejo, sedangkan pisang sendiri adalah ciri khas dari Kecamatan Gedangsari (Jawa, Gedang=Pisang). Selain motif alam, budaya jawa yang ditorehkan sebagai motif batik diwakili oleh gambar tokoh pewayangan. Kearifan lokal menjadi inspirasi warga untuk menghasilkan motif batik tulis unik yang membuatnya terus terjaga kekayaan budaya dan alamnya.
Salah satu batik tulis asli Gedangsari dengan motif kombinasi bambu dan srikaya. (foto: dok. pribadi) |
Saat itu saya juga diberi kesempatan untuk bertemu Pak Sugiman, Lurah Desa Tegalrejo yang dengan semangat menceritakan bagaimana awal mula Kecamatan Gedangsari terpilih sebagai kecamatan rintisan sentra industri batik.
"Gedangsari sendiri punya ikon yaitu batik, memang dulu sebenarnya (Gedangsari) sudah paling tua untuk (industri) batik", kata Pak Sugiman, Lurah Desa Tegalrejo.
Kecamatan Gedangsari memang sejak dulu dikenal sebagai desa penghasil batik tulis terutama di Desa Tegalrejo. Karena kebetulan di Kecamatan Gedangsari ada sebuah obyek wisata baru bernama Green Village Gedangsari, akhirnya membuat pemerintah daerah melirik kembali Kecamatan Gedangsari untuk diangkat potensi aslinya yang sempat tertidur yakni industri batik tulis. Peran pemerintah ini diwujudkan dengan program bantuan untuk kelompok-kelompok perajin batik di Desa Tegalrejo.
"Berawal dari warga kami yang terdahulu itu hanya sekedar (menjadi) buruh ke daerah Jawa Tengah dan sekarang sudah ada pemikiran dari pihak pemerintah. Maka tetap berharap pemerintah itu punya prinsip (warga) yang semula menjadi buruh dengan harapan kedepan, adanya bantuan mudah-mudahan warga tetap menjadi pengusaha batik (saja) di Gedangsari. Jangan sampai (menjadi) buruh ke lain daerah", kata Pak Sugiman melanjutkan.
Pemerintah daerah yang merangkul kembali warga Desa Tegalrejo, Kecamatan Gedangsari untuk berdikari semakin disambut hangat dengan adanya bantuan pihak swasta. PT. Astra International Tbk. melalui Yayasan Pendidikan Astra-Michael D. Ruslim (YPA-MDR) mendukung penuh Kecamatan Gedangsari menjadi salah satu sentra industri batik di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta melalui penciptaan motif batik bagi siswa.
Astra Melalui YPA-MDR Bangun Gedung Sekolah Program Keahlian Tata Busana Butik. (foto: satu-indonesia.com) |
Siswa-siswa sekolah sudah mulai diajarkan kembali membatik sejak dini melalui sekolah binaan YPA-MDR, sekolah binaan tersebut terdiri dari 6 SD, 1 SMP dan 1 SMK yang ada di wilayah Kecamatan Gedangsari (http://satu-indonesia.com/home/artikel/detail/17/astra-melalui-ypa-mdr-bangun-gedung-sekolah-program-keahlian-tata-busana-butik). SDM dipersiapkan sejak dini untuk mampu menciptakan perekonomian kreatif yang akan menjadikan Kecamatan Gedangsari sebagai daerah sentra industri batik sesuai potensi kearifan lokal yang berupa budaya dan alam.
"Warga Gedangsari jangan sampai (menjadi) buruh ke lain daerah" - Pak Sugiman, Lurah Desa Tegalrejo Kecamatan Gedangsari
Beragam batik tulis bernilai seni tinggi yang dipamerkan di Griya Batik, Desa Tegalrejo, Kecamatan Gedangsari. (foto: dok. pribadi) |
"Warga Gedangsari jangan sampai (menjadi) buruh ke lain daerah" - Pak Sugiman, Lurah Desa Tegalrejo Kecamatan Gedangsari
Selain bantuan pada sekolah-sekolah, PT. Astra International Tbk. juga memberikan bantuan dalam bentuk mentoring inspirasi desain batik untuk mendorong warga Desa Tegalrejo menjadi lebih kreatif menghasilkan motif-motif baru namun tetap berciri khas Gedangsari. Pak Sugiman menjelaskan bahwa kerjasama tersebut adalah pembahasan bersama antara warga, Astra yang diwakili oleh para desainer dan tim Pokja dari Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
"Dengan kehadiran Astra disini, ilmu dan teknologi terkait dengan warna alam yang ada ternyata sangat mendukung. Karena apa, warga kami yang dulunya belum tahu (misalnya) tanaman ini sebagai bahan warna alam ternyata setelah hadirnya Astra masyarakat kami, setiap pengusaha batik tahu. Ternyata bisa digunakan untuk pewarna alami", kata Pak Sugiman.
Pak Sugiman masih terus semangat menceritakan batik tulis Gedangsari yang telah memajukan warga di desanya. Batik tulis Gedangsari memang memiliki kelebihan tersendiri. Walau warna batiknya tidak terlalu mencolok karena berasal dari bahan Zat Pewarna Alam (ZPA) namun untuk urusan umur, batik tulis Gedangsari dapat lebih tahan lama dari batik yang diwarnai secara sintetis. Sifat alami dari senyawa yang terkandung pada ZPA mampu menghasilkan warna-warna unik dan keawetan pada selembar batik.
Bahan Zat Pewarna Alam (ZPA) yang dimaksud Pak Sugiman adalah bahan yang berasal dari tumbuhan yang tumbuh subur di wilayah Kecamatan Gedangsari seperti daun & kulit kayu jati, kulit manggis, kayu mahoni, daun putrimalu, daun indigofera, daun mangga, daun jambu, jalawe dan sebagainya, yang ramah terhadap lingkungan. Pengembangan bahan baku ZPA juga di dorong oleh Astra. Rencananya, kedepan akan dipersiapkan lahan sebagai tempat pengembangan usaha batik warna alam.
Batik tulis Gedangsari memang tidak bisa diremehkan. Ternyata, sudah ada kelompok perajin batik yang mengikuti event pameran untuk mempromosikan batik tulis karya kelompoknya. Event pameran yang mereka ikuti contohnya adalah Jogja Fashion Week dan Jogja International Batik Biennale (JIBB) yang belum lama ini digelar. Ada pula kelompok perajin batik yang sudah memasarkan batik tulis Gedangsari secara online hingga dapat menjangkau luar Jawa. Semua produksi dan promosi dilakukan oleh warga sendiri, mulai dari hulu hingga hilir. Batik telah mengubah kehidupan warga Gedangsari yang dulunya terlupakan.
Saya sendiri mulai jatuh cinta dengan budaya dan alam Gedangsari. Suasana desanya tenang, sejuk dan tenteram. Potensi budaya dan alamnya begitu melimpah. Saya membayangkan hidup di Gedangsari lalu berdikari sebagai perajin dan pedagang batik di desa sendiri, di tanah sendiri. Tentunya nikmat hidup tersebut tidak dapat diingkari. Kreativitas berbekal kearifan lokal menginspirasi kita untuk menjaga budaya dan alam. Tentunya, Desa Tegalrejo, Kecamatan Gedangsari adalah salah satu Inspirasi 60 Tahun Astra terus berkarya untuk Indonesia melalui industri batik tulis.
Pak Sugiman masih terus semangat menceritakan batik tulis Gedangsari yang telah memajukan warga di desanya. Batik tulis Gedangsari memang memiliki kelebihan tersendiri. Walau warna batiknya tidak terlalu mencolok karena berasal dari bahan Zat Pewarna Alam (ZPA) namun untuk urusan umur, batik tulis Gedangsari dapat lebih tahan lama dari batik yang diwarnai secara sintetis. Sifat alami dari senyawa yang terkandung pada ZPA mampu menghasilkan warna-warna unik dan keawetan pada selembar batik.
Bahan Zat Pewarna Alam (ZPA) yang dimaksud Pak Sugiman adalah bahan yang berasal dari tumbuhan yang tumbuh subur di wilayah Kecamatan Gedangsari seperti daun & kulit kayu jati, kulit manggis, kayu mahoni, daun putrimalu, daun indigofera, daun mangga, daun jambu, jalawe dan sebagainya, yang ramah terhadap lingkungan. Pengembangan bahan baku ZPA juga di dorong oleh Astra. Rencananya, kedepan akan dipersiapkan lahan sebagai tempat pengembangan usaha batik warna alam.
Batik tulis dengan ZPA memiliki warna yang tidak mencolok namun teruji keawetannya. (foto: dok. pribadi) |
Batik tulis Gedangsari memang tidak bisa diremehkan. Ternyata, sudah ada kelompok perajin batik yang mengikuti event pameran untuk mempromosikan batik tulis karya kelompoknya. Event pameran yang mereka ikuti contohnya adalah Jogja Fashion Week dan Jogja International Batik Biennale (JIBB) yang belum lama ini digelar. Ada pula kelompok perajin batik yang sudah memasarkan batik tulis Gedangsari secara online hingga dapat menjangkau luar Jawa. Semua produksi dan promosi dilakukan oleh warga sendiri, mulai dari hulu hingga hilir. Batik telah mengubah kehidupan warga Gedangsari yang dulunya terlupakan.
Saya sendiri mulai jatuh cinta dengan budaya dan alam Gedangsari. Suasana desanya tenang, sejuk dan tenteram. Potensi budaya dan alamnya begitu melimpah. Saya membayangkan hidup di Gedangsari lalu berdikari sebagai perajin dan pedagang batik di desa sendiri, di tanah sendiri. Tentunya nikmat hidup tersebut tidak dapat diingkari. Kreativitas berbekal kearifan lokal menginspirasi kita untuk menjaga budaya dan alam. Tentunya, Desa Tegalrejo, Kecamatan Gedangsari adalah salah satu Inspirasi 60 Tahun Astra terus berkarya untuk Indonesia melalui industri batik tulis.
Cerita Bu Sumirah tentang batik tulis Gedangsari
Wawancara dengan Lurah Desa Tegalrejo membahas batik tulis Gedangsari
Desa Tegalrejo, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul, Provinsi DIY
Peta
44 comments
Write commentsGedangsari ituu salah satu desa favoritku mas. Potensinya luar biasa. Ketenangannya, alamnya, masyarakatnya. Beberapa postinganku menulis tentang pengalaman sendirian ke Gedangsari gara-gara rindu kembalii terus.
ReplyMas, good luck! Menang.
Aku kemarin itu lupa-lupa ingat siapa yang pernah kesana,eh iya kamu kayaknya hehe. Mau ngajak kamu kesana juga sebenarnya, tapi akhirnya sama Sitam dan Aji Sukma.
Replywell well well, sip moga menang agan Suhu :)
ReplyBatike apikkk
ReplyYang bikin bagus di sini adalah motif batiknya. Mereka terinspirasi dari dedaunan sekitar, seperti daun Sirkaya, daun sirih, daun pisang dan lainnya.
ReplySelain itu lokasinya juga dikelilingi destinasi wisata, semoga ekonomi warga di sana menggeliat
Beli mas
ReplyIya mas, gunungkidul memang gak ada matinya
Replywih mantep mas batiknya
ReplyKe Jogja lagi kapan mas, wajib dikunjungi tempat ini. Sekalian nyari oleh-oleh.
Replywaa apik motif batiknya mas
ReplyUnik
Replykayake di mana-mana batik selalu ada, khususnya di desa di indonesia
ReplyBatik nya keren. Batik yg di lukis sendiri pake tangan harganya mahal tuh di pasaran.
ReplyYoi, jadi khas Indonesia
ReplyHarganya 500-1000k
ReplyBatik ini identitas bangsa kita, keunggulan bangsa kita, salut buat mas ardian dan teman-teman blogger lain yang sering mengangkat batik gini.
ReplyHaduuuuh maap saya lagi ngelantur hahahaha...
Batiknya bagus, jadi pengen kesana
ReplyKereeenn... baru tau ada motif batik sarikaya dan itu bagus bgt. Semoga terus dikenal n bisa meningkatkan perekonomian warganya
ReplyIya, unik banget. Batik yang ku punya rata rata abstrak dan aku gak tahu maknanya. Ternyata kalau tahu filosofinya jd tambah kagum.
ReplyAyok mas kita kesana
Replysha daridulu pgn nyoba ngebatik sendiri kaya gitu ga pernah kesampean. hebat banget sih ibu2nya. Harus dihargai mahal itu yaa, sayangnya sekarang banyak batik pabrikan :(
ReplyHarganya mahal selaras dengan jerih payahnya, kainya bisa buat beli batikku yang udah jadi tgl pakai 5pcs hehehe
ReplyKarena lihat motif Srikaya di batik, aku jadi googling buah Srikaya, ternyata begitu ya bentuknya :)
ReplyAku suka banget liat motif kain beraneka rupa ini, terasa banget budaya Indonesianya.
omnduut.com
Saya juga, karena kalau motif batik yang abstrak udah sering banget dijumpai mas..
ReplyHahaha mosok ngelantur sih, thanks you mas Bob
Replymz, melayani pesen batik mboten mz~
Replyhahahaha
batik e apik.
semoga menang, mas ardian :)
Owalah...ini toh yang wawancaranya pakai lensa wide jadi kameranya terlalu dekat sama narasumber...
Replykain batiknya bagus banget , warnanya lembut
Replysetiap daerah memiliki ciri khas batiknya, penyuka batik pasti senang2 jalan2 kesini, saya juga senang.. menikmati suasana pedesaan yang tenang dan hijau
Replyaku selalu suka batik , batik selalu keren
ReplyTripod e kurang duwur mergone
ReplyKalau aku suka yang lembut seperti ini, hijau, coklat, biru..
ReplyBuat nyepeda keren loh mas tanjakannya
ReplySama mbak, toss!
ReplyBoleh sini mas kalau mau titip
ReplyGriya batiknya masih sederhana ya, kalau dibandingkan dengan di Wukirsari, Bantul. Tapi semoga dengan berdikari, ada perhatian yang lebih supaya semakin didukung, utamanya dalam hal infrastruktur :)
ReplyIya mas, tapi pembangunan disini cepat loh.. sudah semakin maju..
ReplySelalu terpesona dengan kain batik Indonesia dengan ragam batik dan corak yang unik. Sukses ya buat lombanya.
ReplyMaturnuwun mas Deddy
ReplyWahhhh, Baru tau... Asik bgt, momentnya pas bgt...
ReplyIya mas, yuk kunjungi
Replymbok aku tukokke batikke ra ketang siji elek2an go kondangan cah...
ReplyNikah pak tak kado batik
Replygriya batiknya masih sederhana ya
ReplyAdd your comment EmoticonEmoticon