Kunci enak atau enggak-nya kopi itu di embrio. Embrio itu berada di ujung biji kopi. Biasanya petani mematikan embrio pada proses pengeringan. Kemungkinan besar jika embrio mati, rasa akan seperti aroma tanah basah atau kayu basah. Alasan lain petani mematikan embrio karena takut embrio tersebut tumbuh pada penyimpanan yang lembab.
Dengan sedikit roaming karena saya memang seorang yang sangat awam soal dunia perkopian saya mendengar penjelasan dari mas @chac_ink, seorang barista berperawakan kurus dengan lengan penuh tatto yang berasal dari...... ah maafkan ingatan saya yang cekak ini karena terlalu banyak makan sate brutu di angkringan. Namun by the way, Kopi Bomomani yang menjadi obyek sinau bareng atau Kelas Kopi yang diselenggarakan oleh Loepa Kopi ini berlabel Melcosh Coffee Roastery, hmm kapan-kapan akan saya cari tempat itu.
Saya memang sengaja ikut Kelas Kopi dari Loepa Kopi. Kelas Kopi ini ide dari mas Riyanto, pemilik Loepa Kopi. Nah Loepa Kopi sendiri adalah salah satu dari kedai kopi yang ada di Bantul, ya walaupun kedai kopi di Bantul itu sebenarnya bisa dihitung dengan jari sih. Karena sangat jarang ada kedai kopi di Bantul. Awal mula kenapa saya bisa tahu ada Kelas Kopi karena penasaran dengan kedai ini yang setiap hari saya lewati. Saya cari akun instagramnya, kemudian ada event Kelas Kopi. Ya sudah saya daftar saja.
Kelas Kopi yang saya ikuti saat itu adalah edisi kedua, baru-baru ini edisi ketiga telah dilaksanakan namun saya tidak dapat menyempatkan diri untuk berpartisipasi. Kelas Kopi dimulai sebelum kedai ini benar-benar buka. Waktu yang pas karena tepat setelah saya pulang dari kantor. Awal bertandang di Loepa Kopi saya disambut oleh mas Wedha yang kemudian saya ketahui dia adalah barista di Loepa Kopi. Orangnya ramah khas para penikmat dan pecinta kopi pada umumnya. Peserta yang lain ternyata sudah hadir terlebih dahulu dan saya paling akhir. Untungnya saya ditolong mas @chac_ink karena dia datang lebih telat dari saya.
Mas @chac_ink tanpa basa-basi langsung meminta kami untuk duduk mendekat. Dia menata gelas-gelas untuk ditaruh didepan kami. Mengecek mesin roaster dan menata alat kopi V60. Dia sudah tidak sabar untuk berpidato tentang kopi khususnya Kopi Papua Bomomani yang ia bawa. Tanpa basa-basi dan perkenalan yang bertele-tele dia langsung mengenalkan kami dengan Kopi Papua Bomomani.
Karakter kopi Papua Bomomani berasa seperti karamel dan beraroma kayu basah namun dengan kekentalan tinggi. Bomomani tumbuh minimal di ketinggian 1500 mdpl yang membuatnya berkategori medium. Sejarahnya dahulu kenapa ada di Bomomani, awalnya adalah saat Belanda membawa kopi ke Indonesia, untuk ditanam besar-besaran di Jawa. Kopi yang dibawa adalah varietas murni. Varietas murni tersebut akhirnya gagal. Kemudian ribuan bibit kopi arabica oleh Belanda dibuang ke daerah timur untuk ditanam, Papua Bomomani adalah salah satu hasilnya.
Biasanya orang bilang kopi arabica kok mahal. Karena kopi arabica harus tumbuh di daerah pegunungan, seperti di Jawa Barat, Tanah Toraja, Temanggung dan lain-lain dengan akses yang susah. Mas @chac_ink berbagi pengalamannya yang pernah mengunjungi kebun kopi di Toraja. Untuk panen saja, perjalanan untuk sampai ke kota butuh waktu setengah hari. Dan perkebunan kopi di daerah Baliem, mereka harus memakai helikopter untuk mengangkut hasil panen.
Dapat dibayangkan berapa harga sewa helikopter yang tentunya sangat mahal. Kebanyakan petani perkebunan dengan akses susah tidak memiliki cukup dana walaupun dari hasil kopi yang mereka jual. Sehingga para petani saat panen mereka patungan untuk transportasi. Belum lagi kendala cuaca saat proses pengeringan. Biji kopi jika bertemu dengan cuaca yang tidak stabil dapat menjamur. Setelah proses pasca panen kopi rawan berjamur biasanya di cangkangnya.
Kembali ke Papua Bomomani. Papua Bomomani harus di roasting di level medium karena kopi daerah timur rata-rata muncul aromanya pada level roasting medium. Karakter Papua Bomomani low basic untuk kemanisannya, seperti anggur yang agak sepet. Saya sendiri saat menjajal kopi Bomomani dengan proses V60 merasakan sepet dengan aroma yang sangat menggugah semangat menurut saya. Lalu dengan metode tubruk untuk mendapatkan karakter sesungguhnya justru saya dapati rasa yang semakin sepet namun aroma menggugah semakin kuat. Dalam hati saya kopi ini cocok menemani aktivitas blogging karena nikmatnya. Walaupun kopi Papua Bomomani ini saat saya rasakan sangat samar-samar level kemanisannya.
Pada kopi ada tiga unsur yang mempengaruhi rasa manis, pertama adalah multivar rasa dan aroma yang dihasilkan dari varietas. Kedua adalah origins atau daerah tanam yang tentunya ada aspek unsur tanah, walaupun varietasnya bagus namun jika ditanam ditanah yg kurang produktif maka hasil biji kopinya akan berbeda. Ketiga adalah dari proses roasting, jika salah dalam proses roasting maka akan mempengaruhi rasa. Proses roasting ini lebih kepada keahlian masing-masing barista untuk menemukan rasa kopi yang sesungguhnya.
Diskusi kami di Kelas Kopi kemudian merembet ke peran barista. Barista seharusnya harus punya peranan jauh sebelum biji kopi sampai ke kedai masing-masing. Barista baiknya mengedukasi dan selalu berkomunikasi kepada petani. Apalagi jika mau mengajarkan proses roasting atau metode menikmati kopi, misalnya pakai V60, Aeropress atau yg lain karena petani biasanya hanya tahu metode tubruk. Jadi peran barista tidak hanya seperti pria yg ada di balik meja bar. Karena tugas dari barista seharusnya benar-benar membawa misi dari petani. Kalau sekedar brewing tinggal seduh selesai, siapapun bisa menjadi barista.
Diskusi yang awalnya membahas Kopi Bomomani akhirnya mengalir menjadi diskusi kenapa kesejahteraan petani kopi harus diangkat khususnya melalui barista dan penikmat kopi. Saya jadi mengetahui betapa jahatnya tengkulak dalam membeli biji kopi dari petani. Harga kopi yang mahal di kedai kopi kekinian di pusat-pusat perbelanjaan disana bisa saja biji kopinya hanya dibeli dengan harga segelas es teh angkringan. Dari Kelas Kopi di Loepa Kopi saya jadi belajar bagaimana menikmati kopi dan menghargai perjuangan untuk minum kopi. Jadi hari ini sudah minum kopi belum?
Terimakasih kepada mas Riyanto, mas Wedha dan mas @chac_ink
Loepa Kopi
Jalan Bantul Km. 9,5 Yogyakarta
Buka: 18.00 - 24.00 WIB (Selasa Tutup)
Kontak: 0811263767
7 comments
Write commentscocok nih artikel masuk ke situs saya, kami membuka peluang bagi yang minat jadi penulis tamu langsung saja menuju link berikut Web Portal Pendidikan
Replysetiap daerah di indonesia selalu punya kopi khasnya masing masing yaa...
Replygue bukan pecinta kopi tapi setiap ke suatu daerah pasti mejengnya di kedai kopi
Aah kemaren ke Yogya ngga sempet kesini. Bagus nih tempat kopi jd bisa dijadikan tempat belajar & berdiskusi tentang kopi, aku aja ngga ngerti cara yg betul menikmati kopi itu seperti apa... dan semoga petani kopi bisa disejahterakan dengan edukasi pada orang2 disini :)
ReplyMantap ini kelasnya makasih banget udah share artikel ini ya :)
ReplyYaa
ReplyKedai kopi mulai menarik penikmat kopi dengan edukasinya, biar akrab katanya
ReplySiappp
ReplyAdd your comment EmoticonEmoticon