"Ini bukan gereja mas, tetapi rumah doa. Siapapun, agama apapun, boleh berdoa di gedung ini. Kalau bangunannya bernama Gedung Merpati, bukan gereja ayam. Disebut gereja ayam karena orang salah mengira bentuknya dan terlanjur booming di media sosial dan internet."
Begitulah kira-kira yang saya dengar dari seorang sopir Jeep yang sekaligus merangkap tour guide yang membawa saya, istri dan Zoey menuju puncak bukit Rhema. Saya sudah terlanjur lelah berjalan kaki setelah berkunjung ke Punthuk Setumbu sehingga memutuskan untuk menaiki Jeep yang memang menjadi salah satu fasilitas di area Bukit Rhema.
Bukit Rhema ini terletak 2,5 Km sebelah barat candi Borobudur, di Dusun Gombong, Desa Kembanglimus, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Kalau dari Punthuk Setumbu jaraknya sangat dekat, bahkan dari Setumbu dapat langsung menuju bukit Rhema namun harus melewati jalur hutan.
Gedung Merpati / Rumah Doa Bukit Rhema |
Di puncak bukit Rhema terdapat sebuah gedung yang berbentuk unggas. Secara resmi gedung ini bernama Gedung Merpati. Namun karena dulunya tidak ada sekedar papan nama maka orang-orang yang melihatnya mengira bahwa ini adalah gedung gereja berbentuk ayam. Sekilas memang lebih mirip ayam sih daripada merpati.
Apalagi beberapa blogger hits seperti Arievrahman menyebut gedung ini adalah gereja ayam, maka nama tersebut juga akhirnya menjadi lebih hits dikalangan pembaca travel blogger. Padahal Arievrahman juga menjelaskan di dalam artikelnya bahwa nama resmi gedung tersebut adalah Merpati, namun banyak yang membaca artikel tak selalu tuntas atau kalau parah hanya sekedar baca judulnya saja.
Sejarah awal mula ide Gedung Merpati ini dibangun adalah pada tahun 1989. Seorang bapak bernama Daniel Alamsjah yang aslinya berasal dari Lampung suatu hari pada tahun tersebut mengunjungi area sekitar bukit Rhema. Beliau berdoa semalaman di puncak bukit. Kemudian dari hasil menyepinya beliau mendapat ilham untuk membangun rumah peribadahan yang kemudian terwujudlah rumah doa berbentuk merpati tersebut.
Sebenarnya baru tahun 1992 bangunan tersebut mulai dibangun. Pembangunannya pun sempat tersendat karena berbagai macam hal. Kini bangunan tersebut mulai dipugar kembali karena mendapat pemasukan dari karcis masuk Gedung Merpati yang mulai diberlakukan. Beberapa coretan vandalisme telah dibersihkan. Basement yang diperuntukan untuk berdoa sudah tertata. Dan bagian dalam atau ruangan utama gedung semakin baik dengan kursi-kursi yang tertata. Intinya semua kini lebih bersih terawat dan tertata.
Yang paling menjadi daya tarik wisatawan dari Gedung Merpati ini adalah puncak mahkota sang Merpati. Dari tempat tersebut kita dapat memandang keindahan alam sekitar candi Borobudur yang dikelilingi oleh gunung-gunung seperti Sumbing, Tidar, Merbabu, Merapi Suroloyo yang sangat menakjubkan. Dan puncak mahkota ini semakin hari semakin ramai karena Rangga dan Cinta juga pernah kesini.
Ruangan Utama Gedung Merpati |
Ruangan Utama Gedung Merpati |
Petugas Pencatat Antrian Untuk Naik Puncak Mahkota Merpati |
Tujuan lain selain untuk berdoa, kedepannya gedung Merpati ini akan digunakan sebagai panti rehabilitasi untuk membina orang-orang yang memiliki gangguan jiwa, kecanduan narkoba dan kenakalan remaja. Sungguh mulia sekali apa yang ingin dicapai bapak Daniel Alamsjah ini.
Semoga memang rumah doa bukit Rhema tidak sekedar booming karena menjadi tempat selfie para wisatawan yang berkunjung. Efek Rangga dan Cinta memang benar-benar terasa. Saya mau usul sama Mira Lesmana kalau buat film mending di kampung saya biar ikutan hits juga walaupun wisata kampung hanya ada beberapa kolam lele saja.
Untuk menuju bukit Rhema rutenya masih satu jalur dengan jalan menuju Punthuk Setumbu. Hanya saja ada dua lokasi parkir. Yang pertama adalah lokasi parkir yang ada fasilitas Jeep-nya. Rutenya adalah setelah Balai Desa Karangrejo atau sebuah SD (lupa namanya) belok ke kanan. Katanya ada petunjuknya juga. Kalau bingung tinggal bertanya pada warga sekitar yang ramah. Lalu yang kedua lokasi parkir yang berada di pojokan jalan setelah turun dari Punthuk Setumbu.
Karena saya belum pernah ke bukit Rhema maka saya terlanjur memilih lokasi parkir yang dekat dengan Punthuk Setumbu. Perbedaannya yang dekat Punthuk Setumbu jalan kakinya lebih jauh. Melewati jembatan bambu dan pinggiran kebun warga. Melalui lokasi parkir ini saya baru bisa ikutan naik Jeep saat berada di pos retribusi karcis masuk. Jeep memang disediakan untuk para wisatawan yang manja dari lokasi parkiran, tentunya ada biaya tambahan diluar karcis masuk retribusi.
Ada hal positif yang dirasakan warga dengan boomingnya Rumah Doa di bukit Rhema. Warga sekitar mendapat rejeki dari parkir dan hasil berjualan makanan dan minuman. Saat perjalanan menuju retribusi dari parkiran kendaraan banyak warga yang menjajakan makanan dan minuman. Sehingga jangan khawatir akan kelaparan dan kehausan.
Lokasi Parkir Dengan Jalur Jembatan Bambu |
Jalan Menuju Pos Retribusi Dari Lokasi Parkir Jembatan Bambu |
Sampai di Gedung Merpati saya juga sempat berdoa. Doa saya adalah semoga antrian menuju puncak mahkota dipercepat. Sayang doa saya tidak dikabulkan saat itu. Zoey sudah rewel saja, terpaksa saya meminta petugas untuk memanggilkan Jeep untuk menjemput. Saya akhirnya pulang tanpa sempat naik ke puncak. Semoga saya dapat ke tempat ini lagi kapan-kapan. Kalau kalian, kapan ke bukit Rhema? Ingat namanya Gedung Merpati ya bukan gereja ayam.
Gedung Merpati / Rumah Doa Bukit Rhema
Alamat: Dusun Gombong, Desa Kembanglimus, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia
email: yayasansinarbukitrhema@gmail.com (untuk event-event khusus)
kontak: 085228693701, 081215535806, 085200151342
Karcis masuk Gedung Merpati: Rp 10.000
Jeep: Sekali jalan: Rp 7.000, Pulang-pergi: Rp 14.000
Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba Blog
Visit Jawa Tengah 2016 yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Provinsi Jawa Tengah @VisitJawaTengah (www.twitter.com/VisitJawaTengah)
20 comments
Write commentsAyok balik ksana, naik ke puncak :v
ReplyMungkin karena bentuknya kaya Ayam dan belum populernya rumah doa di Indonesia, maka tercetuslah nama gereja Ayam :-)
ReplyAyo kapan manut.. mruput tapi...
ReplyApalagi lokasinya di tengah perkebunan ya mas
ReplyIya, mas memang sebetulnya namanya Rumah Doa Merpati. Namun memang dari bentuknya sepintas mirip ayam. Jadi sampai sekarang populer dengan nama itu.
ReplyKarena yang ngecat dulu gak langsung warna putih..
ReplyHahahha, aku malah pas udah dari sini kan main ke Setumbu lagi, ngikuti jalan yang rumah pohon terus, ealah kok sampainya tempat ini lagi kakakakak.
ReplyWah mlakune adooohh..
Replysudah lebih hit sebagai gereja ayam ... mau di luruskan lagi namanya susah ya ...
ReplyBaru tau kalau itu rumah doa. Selama ini temen-temen juga bilangnya gereja-gereja gitu.. XD Tapi bener. Lebih mbentuk ayam dari pada merpati hehehe.. btw, salam kenal, Mas :D
ReplyParuhnya memang lebih mirip ke Ayam ya. Body-nya juga. :D
ReplyTukang bangunannya kebangetan..
Replyternyata gede juga dalemnya... hesteg di instagram juga banyaknya gereja ayam... keren, rutenya eksotis banget
ReplyAku jadi tahu dalamnya seperti apa ini tempat, sudah lama pengen bersepeda ke tempat ini, tapi belum ada wktu ..
ReplyBaru tahu ada bangunan menarik seperti ini. Terima kasih sharingnya..
Replysudah lama saya ingin ke tempat ini akhirnya kesampaian juga mas, dari punthuk setumbu ternyata jauh bener....salam kenal ya mas ardian
ReplyTerimakasih, ayok kesana mbak..
ReplyGak nanjak2 banget kok mas tempatnya..
ReplySama-sama, terimakasih telah membaca
ReplyDari Setumbu mending turun naik kendaraan lagi mas, hehehe jalan emang jauuuhhhh...
ReplyAdd your comment EmoticonEmoticon