Mengajak Zoey Ke Punthuk Setumbu, Borobudur Nirwana Sunrise

Minggu pagi alarm gawai berbunyi pukul 03.00 dinihari. Sengaja memang saya menyetel alarm sebegitu pagi karena ingin mengajak anak dan istri melihat matahari terbit yang katanya begitu fenomenal di Punthuk Setumbu Magelang, Jawa Tengah. 

Punthuk Setumbu ini kita semua pasti sudah tahu karena begitu tersohornya tempat ini sebagai salah satu lokasi melihat matahari terbit yang indah di Jawa Tengah. Lokasinya tepatnya berada di sebelah barat Candi Borobudur di Dusun Kerahan, Desa Karangrejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah.

Karena rumah saya di Kota Bantul, Yogyakarta yang jarangnya hampir 60 Km jika ingin menuju Punthuk Setumbu maka saya niat berangkat pagi-pagi. Anak saya Zoey masih saja tidur dengan nyenyak. Saya sempatkan mandi terlebih dahulu dan istri menyiapkan perlengkapan seperti susu, baju ganti, popok dan perlengkapan Zoey lainnya. Saya mengganti baju Zoey sembari dia masih tidur. 

Hebat dia tidak bangun, jam-jam sebelum subuh memang sedang nyenyak-nyenyaknya. Akhirnya pukul 3.45 saya berangkat, untuk sholat subuh saya dan istri berniat sholat jika sudah sampai disana. 

Sepanjang perjalanan saya dapat memacu mobil saya dengan kencang. Lumayanlah, pagi-pagi dapat mempraktekan adegan balap mobil di fil Fast and Furious. Kalau pagi Jogja memang masih sepi, beda dengan siang yang crowded-nya bukan main. Maklum Jogja semakin menuju kota metropolitan. Hanya butuh waktu satu jam saya sampai di area Borobudur.

Sedikit ada kejadian memalukan saya sempat salah belok. Saya malah masuk ke Hotel Manohara. Ya, saya sendiri sebenarnya juga belum pernah ke Punthuk Setumbu sebenarnya makanya bingung hehehe. Ada beberapa tukang ojek yang menawari jasa antar namun saya tolak, saya masih percaya Google Maps. Setelah nyasar ke hotel Manohara, saya aktifkan Google Maps, oh ternyata saya kurang ke selatan lagi, pantes!

Setelah menemukan belokan yang benar ternyata saya membelakangi mobil yang sepertinya juga menuju Punthuk Setumbu. Ya sudah kebetulan sekali, kalau nanti nyasar lagi kan bisa bareng-bareng. Jalan menuju Punthuk Setumbu ini melewati perkampungan warga dan sawah-sawah. Harus hati-hati dan jangan asal kebut, hormati penduduk sekitar. Saat perjalanan hanya ada satu hotel mewah yang saya temui di kanan jalan saat menuju Punthuk Setumbu.

Untuk keamanan, jalan saat hampir sampai Punthuk Setumbu masih tergolong aman walau ada satu tanjakan lumayan tinggi. Tetapi itu tidak ada masalah karena petugas di obyek wisata Punthuk Setumbu selalu memonitor kendaraan yang keluar masuk.

Seusai parkir saya dan istri bergantian sholat subuh. Zoey sudah bangun dan sempat melakukan ritual rutin setiap pagi. Terpaksa harus ganti popok dulu. Jam 5.00 lebih sedikit kami bertiga bersiap mulai tracking ke arah puncak Punthuk Setumbu. Biaya masuk hanya dibebankan kepada saya dan istri sejumlah Rp 30.000 (@Rp 15.000) saja. Masih standar dan normal.

Banyak wisatawan bebarengan dengan kami untuk naik. Punthuk Setumbu sangat ramai sekali saat minggu pagi. Apalagi setelah boomingnya Punthuk Setumbu karena film Ada Apa Dengan Cinta 2. Jalan menuju puncak menanjak namun masih tergolong manusiawi. Kira-kira butuh 30 menit saya dan istri berjalan, Zoey kalau sudah bangun tidak bisa tenang di dalam gendongan. Jadi sedikit-sedikit kami berhenti.

Pukul 5.30 saya sampai puncak Punthuk Setumbu. Sudah sangat ramai wisatawan baik domestik maupun internasional. Ada dua buah tenda terlihat, ternyata mereka lebih niat dari kami yang datang dinihari dari rumah karena lebih baik menginap daripada tertinggal matahari terbit yang fenomenal itu.

Namun pagi itu mendung sedikit menghalangi matahari terbit. Dalam perjalanan menuju arah Borobudur sempat gerimis menyambut kami sehingga kemungkinan mendung akan menutupi. Saya juga sempat ragu dalam perjalanan sebelum sampai di Setumbu namun akhirnya dalam hati pokoknya harus ke Setumbu. Harus!

Saya dan mereka yang hadir takjub dengan pemandangan Borobudur yang samar-samar berdiri kokoh terlihat diselimuti kabut magis. Walaupun sedikit mendung dan matahari terbit sedikit saja terlihat tapi momen spiritual sangat terasa. Luar biasa. Termangu ternyata alam wisata di Jawa Tengah begitu indah.

Bicara tentang Punthuk Setumbu. Punthuk artinya adalah gundukan tanah sedangkan Setumbu berasal dari kata tumbu yang artinya wadah yang biasa terbuat dari bambu. Memang di sekitar Punthuk Setumbu terdapat beberapa bukit-bukit yang mengelilingi. Setumbu selayaknya wadah, termasuk wadah wisatawan untuk menikmati matahari terbit dengan Candi Borobudur yang berdiri megah.

Ada beberapa papan informasi yang dapat dibaca untuk mengetahui Punthuk Setumbu secara lebih detail dan lengkap. Salah satunya seperti dibawah ini.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Punthuk Setumbu - Perjalanan Menuju Kesempurnaan*

Perjalanan ke Puncak Punthuk Setumbu mirip pembagian tingkat Candi Borobudur, yaitu dasar, badan, dan puncak, yang menggambarkan tingkatan alam semesta dalam kosmologi Budha, yaitu Kamadhatu, Rupadhatu, Arupadhatu.

Arupadhatu

Puncak Punthuk Setumbu seperti bagian puncak Candi Borobudur atau tingkatan tertinggi pada kosmologi Budha, yaitu Arupadhatu, kehidupan lepas dari nafsu keduniawian, mencapai kesempurnaan jiwa menuju Nirwana. Dari titik ini, sejauh mata memandang yang ada keindagan, ketenangan, dan kesempurnaan.

Rupadhatu

Mendaki kaki bukit Punthuk Setumbu, Anda seolah-olah mulai berjalan menaiki tubuh Candi Borobudur, atau memasuki tingkatan kedua kosmologi Budha, Rupadhatu. Pada tingkatan ini manusia mulai meninggalkan kehidupan duniawi, walaupun masih terikat pada bentuk/rupa. Pandanglah ke sekiling, Anda mulai dapat melihat pemandangan di kejauhan walaupun masih terhalang berbagai bentuk di sekitar Anda.

Kamadhatu

Titik awal perjalanan menuju puncak Punthuk Setumbu ibarat berada di dasar Candi Borobudur atau dalam konsep alam semesta kosmologi Budha dikenal sebagai Kamadhatu, tingkatan terendah alam atau dunia yang masih dikuasai hasrat duniawi (kama). Pandanglah sekeliling Anda, hanya berbagai bentuk kasar yang dapat Anda lihat.

*Papan Informasi Mengenai Punthuk Setumbu

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Mengujungi Punthuk Setumbu memang penuh makna. Yang dalam ini dihubungkan dengan kehidupan manusia menuju nirwana. Ingin rasanya berlama-lama disini, namun karena Zoey sudah terlihat bosan dan rewel maka saya memutuskan untuk turun. Matahari semakin meninggi. Tujuan kami berikutnya adalah Rumah Doa di Bukit Rhema yang tidak jauh dari Punthuk Setumbu. 

Dari Setumbu sendiri puncak Rumah Doa berbentuk merpati tersebut juga terlihat, hanya jika berjalan dari puncak Setumbu akan melewati hutan dan jaraknya lumayan. Saya yakin Rangga dan Cinta juga pakai jasa ojek menuju Rumah Doa ini jadi saya juga memutuskan hal yang sama. Pakai mobil pribadi saja biar tidak lelah.

Oh iya jika ingin menikmati alternatif  pemandangan matahari terbit yang berbeda bisa mengunjungi Pos Mati (Khudori 0857-4394-6677 dan Taufik 0818-0419-0221) atau Eden Sunrise (Hantigo 0877-1910-1795). Keduanya adalah alternatif yang berada di dekat Punthuk Setumbu. Harus booking dahulu pada nomor tersebut karena diperlukan guide untuk menuju lokasi.

Punthuk Setumbu

Jl. Borobudur Ngadiharjo Km. 3, Dusun Kerahan, Desa Karangrejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia 56553

Jam Buka: 03.00-23.00 (24 jam untuk berkemah dengan ijin)

HTM: Domestik Rp 15.000, Mancanegara Rp 30.000

Parkir: Mobil Rp 5.000, Motor Rp 2.000

Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba Blog Visit Jawa Tengah 2016 yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah @VisitJawaTengah (www.twitter.com/VisitJawaTengah)

Share this

Author : Ardian Kusuma

Content Creator, Founder @nyetritbareng, Admin @kopi.web.id, 5th Place Winner APWI Kemenpar 2018 & 4th Place Winner APWI Kemenpar 2019.

Related Posts