Setiap pulang mudik dari rumah orang tua ayah saya di Sleman utara sana, kami sekeluarga selalu sempatkan untuk mampir di warung sate yang legendaris sejak tahun 1960 ini. Kata beberapa orang, warung sate ini menjadi favorit keluarga Kraton Jogja. Warung sate ini bernama warung Sate Pak Kromo. Setahu saya hanya ada dua warung Sate Pak Kromo. Yang satu berada di utara perempatan Gondomanan dan satunya lagi di jalan Sultan Agung dekat dengan Pura Pakualaman.
Agar lebih otentik untuk menikmati sate idola para orangtua ini mampirlah di warung Sate Pak Kromo yang ada di utara perempatan Gondomanan. Disana, warung masih berkonsep warung jadul dengan beberapa foto jadul yang terpasang di dinding, namun untuk urusan parkir memang agak ribet karena jalan depan warung sangat ramai. Nah agar lebih leluasa, saya lebih sering untuk menyantap Sate Pak Kromo di jalan Sultan Agung yang akses jalannya lebih nyaman.
Sate Ayam Pak Kromo di Jalan Sultan Agung No. 57 |
Sate Pak Kromo yang biasa disajikan berisi 10 tusuk sate, dengan 5 tusuk sate daging dan 5 tusuk sate daging kombinasi putihan telur. Kenapa ada telur di Sate Pak Kromo karena kebetulan juga bahan baku daging yang digunakan adalah daging ayam petelur. Jika tidak berkenan dicampur, kita bisa meminta untuk disajikan sate daging saja atau sate kombinasi telur saja. Rasa daging petelur untuk sate racikan Pak Kromo begitu empuk dan gurih.
Sate yang diberi racikan bumbu kunir, ketumbar dan bawang sebelum dibakar masih dipertahankan oleh generasi penerus Pak Kromo yang kini meneruskan warung sate beliau. Cerita rasa Sate Pak Kromo yang khas gurih tidak manis memang melalui percobaan-percobaan yang dilakukan beliau saat masih berjualan sendiri. Untuk bumbu sate memang lebih encer daripada sate kebanyakan namun tetap nikmat. Selain itu yang masih dipertahankan adalah irisan cabe dan bawang merah sebagai penambah rasa untuk satenya.
Warung sate mulai buka pukul 09.00 pagi hingga pukul 08.00 malam. Konsumen sate Pak Kromo lebih banyak adalah orangtua dan rata-rata jika siang ramai pembeli untuk membungkus sate ini untuk dibawa pulang atau pesanan kantor. Walaupun siang ramai, disarankan untuk siang saja jika kesini agar sate masih komplit. Walaupun sebagian orang memang tidak suka sate telur, tapi kenyataannya sate telur lebih sering habis duluan. Sayang kan kalau tidak sempat mencoba.
5 comments
Write commentsini yang di sebelah hotel limaran bukan? kalau iya itu kesukaan saya juga
ReplyYoi mas, ada cabangnya juga di jalan Sultan Agung..
Replysaya senang banget sate ... kalau pas ke sleman nyobain ah
ReplyWajib mas bagi penyuka sate...
ReplyBetul..saat suka anter ibu ambil pensiun di BPD msti mampir ke sini, dan yg bagusnya disediakan keranjang plastik persegi buat naruh tusuk sate bekasnya, jd ga berantakan
ReplyAdd your comment EmoticonEmoticon