Grenden adalah salah satu jalur alternatif baru untuk menuju puncak Gunung Merbabu. Grenden mungkin belum setenar Selo atau Swanting dalam hal jalur pendakian. Namun Grenden memiliki keistimewaan sendiri.
Jalur pendakian Grenden adalah jalur terpendek menuju puncak Kenteng Songo (3146 mdpl), puncak tertinggi Gunung Merbabu. Hanya butuh waktu 5 sampai dengan 6 jam saja dari basecamp menuju Kenteng Songo, bahkan warga sekitar terkadang hanya butuh 3 hingga 4 jam saja.
Jalur pendakian Grenden adalah jalur terpendek menuju puncak Kenteng Songo (3146 mdpl), puncak tertinggi Gunung Merbabu. Hanya butuh waktu 5 sampai dengan 6 jam saja dari basecamp menuju Kenteng Songo, bahkan warga sekitar terkadang hanya butuh 3 hingga 4 jam saja.
Namun di artikel ini saya tidak akan membahas pengalaman mendaki melalui jalur Grenden. Saat itu saya hanya berkunjung di basecamp Grenden (1457 mdpl). Grenden sendiri diambil dari nama Dusun Grenden, yang lokasinya berada di desa Pogalan, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang tempat dimana basecamp Grenden berada.
Di basecamp Grenden, terdapat hutan Pinus yang sering berbalut dengan kabut. Penduduknya sebagian besar mata pencaharian adalah bercocok tanam, dengan akan segera diresmikannya jalur Grenden pada bulan Agustus mendatang. Diharapkan akan ada warna baru untuk menghidupi masyarakat Grenden dan sekitarnya.
Di basecamp Grenden, terdapat hutan Pinus yang sering berbalut dengan kabut. Penduduknya sebagian besar mata pencaharian adalah bercocok tanam, dengan akan segera diresmikannya jalur Grenden pada bulan Agustus mendatang. Diharapkan akan ada warna baru untuk menghidupi masyarakat Grenden dan sekitarnya.
Dusun Grenden |
Saya sudah terlalu siang untuk menuju daerah Pakis di Magelang. Tepat di pertengahan siang saya berangkat dari Jogja menuju Magelang. Saya terpaksa berangkat siang karena menghadiri suatu acara terlebih dulu. Melewati daerah Muntilan saya langsung mengarahkan laju kendaraan menuju arah Talun. Talun adalah jalan alternatif menuju Ketep Pass. Daerah yang saya tuju memang dekat dengan Ketep Pass. Saya tidak tahu jarak pastinya, tapi hanya butuh waktu 15 menit dari Ketep Pass menuju dusun Grenden.
Penanda bahwa sudah dekat dengan dusun Grenden adalah kita akan menjumpai persimpangan yang terdapat papan nama Desa Pogalan di dekatnya. Dari persimpangan tersebut kita harus masih melanjutkan perjalanan yang sedikit menanjak dan berliku. Pelankan kendaraan saat berada di suatu tikungan karena pintu gerbang dusun Grenden berada dibalik tikungan tersebut atau berada di kanan jalan. Masuk dusun Grenden harus menanjak lagu dengan kondisi jalan yang berbatu dan licin. Hati-hati saat dikondisi jalan seperti ini karena kabut sesekali datang mengiringi kita.
Belokan Menuju Dusun Grenden |
Suasana Dusun Grenden Yang Sering Diselimuti Kabut |
Sampai di dusun Grenden saya disambut warga yang bertugas menarik retribusi. Bagi yang ingin mendaki Merbabu, pos retribusi ini juga menjadi tempat pendaftaran dan pencatatan pendakian. Jika membawa kendaraan saya sarankan dititipkan di pos retribusi saja karena parkir atas hanya untuk pengunjung yang menikmati wisata hutan pinus. Walaupun memang jarak dari pos retribusi sampai pintu gerbang pendakian yang berada di hutan pinus jaraknya lumayan.
Pos Pendaftaran Pendakian |
Karena saya tidak bermaksud untuk mendaki Merbabu, saya hanya ditarik retribusi untuk masuk area hutan wisata pinus Grenden dan parkir, total hanya Rp 4.500. Untuk naik dari pos retribusi menuju wisata hutan pinus memang masih harus penuh perjuangan dan kondisi kendaraan harus benar-benar fit. Kombinasi jalan berbatu dan tanah yang lembab serta kontur menanjak ditambah kabut terkadang tebal perlu kehati-hatian ekstra.
Memasuki Hutan Pinus Grenden |
Retribusi Grenden |
Sampai di area wisata hutan pinus saya langsung memarkirkan kendaraan. Tampak beberapa kendaraan juga yang telah terparkir. Saya menjumpai beberapa pengunjung, rata-rata anak muda. Beberapa saya tanya mereka berasal dari daerah sekitar Magelang saja. Saya lalu berjalan diantara rimbunan pohon pinus untuk menuju gardu pandang.
Menuju gardu pandang juga masih satu jalur dengan jalur pendakian. Selimut kabut mengiringi langkah saya. Untung saja petunjuk arah mana yang menuju merbabu dan mana yang hanya menuju gardu pandang cukup jelas sehingga saya tidak khawatir tersesat.
Menuju gardu pandang juga masih satu jalur dengan jalur pendakian. Selimut kabut mengiringi langkah saya. Untung saja petunjuk arah mana yang menuju merbabu dan mana yang hanya menuju gardu pandang cukup jelas sehingga saya tidak khawatir tersesat.
Pengunjung Kembali Dari Gardu Pandang Grenden Melewati Petunjuk Arah Puncak Merbabu |
Gardu Pandang Hutan Pinus Grenden Terlihat Dari Kejauhan |
Kabut terlalu tebal siang itu, sayang sekali itu berarti saya tidak dapat memandang pemandangan dari gardu pandang yang terbuat dari bambu. Gardu pandang ini cukup ekstrim karena berada di pinggir jurang. Tidak ada peringatan maksimum orang yang dapat berdiri di ujung gardu pandang. Ini bisa saja membahayakan jika terlalu banyak yang berada di ujung gardu pandang dan gardu tidak dapat menahan beban.
Baru ada dua gardu pandang yang dibuat oleh warga. Yang lain hanya bangku bambu yang berada di beberapa tempat yang dapat digunakan untuk duduk-duduk. Saya sempat melihat dari kejauhan sebuah gazebo, tapi saya urungkan niat untuk menuju kesana karena sedang ada muda-mudi yang sedang berduaan, takut saya mengganggu hehe.
Baru ada dua gardu pandang yang dibuat oleh warga. Yang lain hanya bangku bambu yang berada di beberapa tempat yang dapat digunakan untuk duduk-duduk. Saya sempat melihat dari kejauhan sebuah gazebo, tapi saya urungkan niat untuk menuju kesana karena sedang ada muda-mudi yang sedang berduaan, takut saya mengganggu hehe.
Gardu Pandang Hutan Pinus Grenden Yang Sebenarnya Berada Di Pinggir Jurang (Berbahaya) |
Wisata hutan pinus Grenden yang diselimuti kabut ini sangat cocok untuk menepi dari bisingnya perkotaan. Hawa dingin dan berkabut yang ada justru menambah suasana sunyi. Memfokuskan kita untuk merehatkan sejenak pikiran. Ibarat kita mengikuti kelas yoga, hutan pinus Grenden adalah ruangan untuk yoga, yang tenang dan damai.
Lumayan lama saya berada di hutan pinus Grenden, hanya duduk-duduk saja di kursi bambu. Memang yang paling favorit baru gardu pandang di pinggir jurang tersebut, karena efek foto yang dihasilkan terlihat ekstrim dengan latar kabut yang menyelimuti. Sebelum saya memutuskan untuk beranjak pergi, beberapa anak kecil datang. Mereka adalah penerus generasi masyarakat dusun Grenden. Semoga dengan dibukanya Grenden sebagai jalur baru pendakian, dusun Grenden dapat makin dikenal dan berkembang dengan lebih baik.
Numpang Eksis :p |
Jika kalian berniat naik melalui jalur Grenden ini ada baiknya konsultasi terlebih dahulu kepada warga Grenden di basecamp karena merekalah yang lebih hafal akan jalur ini. Apalagi ini adalah jalur baru, yang saat kebakaran hebat Merbabu dulu juga termasuk daerah yang terkena dampak kebakaran sehingga meliwati jalur ini sangat perlu kewaspadaan. Melalui jalur Grenden akan terdapat 4 (empat) pos yang tersedia. Setelah pos 4 adalah Kendi Kencono (2878 mdpl), daerah sebelum puncak Kenteng Songo (3146 mdpl).
Jika fisik cukup kuat, waktu normal yang dapat ditempuh dengan istirahat sejenak atau tanpa berhenti adalah 5 sampai dengan 6 jam. Ada cerita bahwa warga sekitar hanya perlu maksimal 4 jam untuk sampai di puncak Merbabu, itu karena warga dusun Grenden sudah hafal dengan medan yang dilalui. Sekali lagi, perlu diingat walaupun ini adalah jalur terpendek menuju puncak Merbabu yang begitu menarik dan mengundang penasaran untuk dilewati tapi tetap harus perlu persiapan matang dengan salah satunya adalah koordinasi dengan warga Grenden.
Peta Jalur Pendakian |
RUTE MENUJU JALUR PENDAKIAN GRENDEN
Dusun Grenden, Desa Pogalan, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang
Dari Jogja: Jogja - Muntilan - Talun - Ketep Pass - Grenden
Dari Magelang: Magelang - Jalan Raya Kopeng - Ambil Arah Pada Persimpangan Menuju Ketep Pass - Grenden
Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba Blog Visit Jawa Tengah 2016 yang
diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa
Tengah @VisitJawaTengah (www.twitter.com/visitjawatengah)
17 comments
Write commentsiya mas.. dari desa grenden ampe puncak kisaran 4 jam... ya kalo mau liat pemandangan sekitar datang agak awal jadi blm tertutup kabut.
Replyhehe. makasih gan..
Sebenarnya kalo gardu pandang itu di buat permanen dari semen bagus ya.lalu di lapis dengan bambu atau bambu buatan spy terlihat etnik. Utk keselamatan. Krn kalo terjadi apa2 dstu tempatnya jd angker kan sayang hehehe
ReplyBetul, paling tidak untuk keselamatan..
Replyklo jlr pendakian sih lbh dekat wekas krena udh d ketingian 1650 Mdpl.ke punck kenteng songo hnya waktu 3 jm.klo bwt prndaki 4jm
Replyklo jlr pendakian sih lbh dekat wekas krena udh d ketingian 1650 Mdpl.ke punck kenteng songo hnya waktu 3 jm.klo bwt prndaki 4jm
ReplyThanks infonya om..
ReplyKayaknya dingin banget tempatnya.
ReplyKabutnya mantaaap. Rasanya gimana tuh kabut setebel itu
ReplyMhn maaf , bisa minta nomer contak person BC Grenden .... ?
ReplySiap mas!
ReplyBanget..
ReplyDingin om...
ReplyMaaf saya lupa mencatat nomor kontak personnya
Replywah...keliatanya asyik nih tempatnya.....bisa muat parkir berapa mobil ya?
Replyada no hp pengelola yg bisa di hubungi untuk minta informasi sob....
Muat banyak, cuman hati2 aja karena jalan sempit dan curam.. mending dititipkan desa terus ngojek.. Untuk kontak pengelola saya cari dulu ya
Replyterpendek ? gak salah,,,? bukan nya ini jalur terpanjang dan paling extreme drpd jalur yg lain,,,? 11-12 sm suwanting ini..
ReplyINFO : Grenden BUKAN JALUR PENDAKIAN di Taman Nasional Gunung Merbabu
ReplyAdd your comment EmoticonEmoticon