Siapa yang belum pernah menikmati mie, pasti sebagian akan berkata pernah. Mie adalah masakan yang pasti hampir semua orang pernah mencoba. Di Jawa, olahan mie rebus dan mie goreng menjadi monopoli atas masakan berbahan dasar mie. Yang mainstream dan pasti sering kita santap tentunya adalah mie ayam. Mie seperti menjadi alternatif hidangan pada kehidupan sehari-sehari disamping nasi sebagai makanan pokok kita.
Pasti ada rasa bosan dengan mie yang sering kita temukan sehari-sehari, saya sendiripun kadang bosan, sering saya mencoba varian olahan mie pada restoran cina. Biasanya olahan masakan mie pada restoran cina lebih banyak varian, seperti Kwetiau atau Ifu Mie yang mulai dikenal dan difavoritkan sebagian orang. Sebenarnya ada juga varian olahan nusantara seperti dari Aceh, namun saya kurang begitu suka karena rempahnya yang begitu kuat.
Beberapa tahun lalu saya memulai karir pekerjaan saya di daerah Pakem, Sleman. Daerah tersebut berada dibawah Kaliurang dengan hawa yang sejuk. Karena berada di daerah yang cukup jauh dari perkotaan maka tidak banyak restoran atau warung makan yang saya temui. Petualangan kuliner saya soal mie sejenak berhenti. Lalu suatu saat saya diajak untuk makan siang di sebuah restoran mie bakso. Restoran tersebut saya kira mahal di kantong karena bangunan cukup megah namun ternyata tidak seperti yang saya pikirkan.
Mr. Blankon atau dengan nama lengkap Mie Bakso Mr. Blangkon, berlokasi di jalan Kaliurang Km 16, begitu jauh dari perkotaan dan berbangunan cukup besar, walaupun pada balihonya ada embel-embel mie bakso yang merupakan makanan merakyat. Saya waktu diajak teman sekantor untuk mampir dan mencoba menu disana. Menu Mr. Blangkon sesuai namanya penuh dengan varian mie dan bakso.
Baliho besar restoran Mie Bakso Mr. Blangkon di pinggir jalan Kaliurang |
Ada satu menu yang membuat saya penasaran, ta mie. Ta mie adalah sesuatu yang baru saya dengar, kata teman saya ta mie adalah mie kering yang disiram kuah cap cay, lah hampir mirip dengan ifu mie dong. Saya lalu memesan untuk membuktikan, dan memang mirip sih, namun beda.
Mie pada Ta Mie betul-betul kering daripada Ifu Mie, dan kuah Ta Mie lebih kental namun sayuran lebih sedikit. Yang membuat saya ketagihan adalah sensasi kriuk dari mie. Karena hidup dari generasi Anak Mas 90an, ketemu dengan mie kering adalah kenikmatan tersendiri. Saya yang sebelumnya minder datang ketempat ini karena terlihat mewah, selanjutnya malah saya sering makan siang ditempat ini hanya untuk Ta Mie.
Ta Mie Seafood Mr. Blangkon |
Ada dua varian Ta Mie yang ditawarkan Mr. Blangkon, Ta Mie Ayam dan Seafood. Tentunya kalian sudah tahu kan bedanya. Saya cenderung lebih memilih Ta Mie Seafood, karena biar kebosanan saya terhadap mie yang itu-itu saja tidak menjadi-jadi. Berkali-kali saya selalu menyempatkan untuk ke Mr. Blangkon, tempatnya mewah namun ramah dikantong, bersih, sejuk dan pelayanan yang ramah dan sigap.
Menikmati menu di Mr. Blangkon selain pada meja kursi utama di bagian depan, kita juga bisa menggunakan Gazebo atau pondok yang bernuansa Jawa. Di dalam restoran Mr. Blangkon terdapat taman dan beberapa kolam ikan. Suasana tersebut juga masih ditambah dengan alunan lagu jawa yang diputar. Pelayanan Mr. Blangkon tergolong cepat, menu yang kita pesan rata-rata tidak memerlukan waktu lama untuk dinanti.
3 comments
Write commentsMi adalah makanan yang banyak digemari, apapun modifikasinya, pokoknya enak banget.
ReplyBetul banget
ReplyRegane piro mas
ReplyAdd your comment EmoticonEmoticon